BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tempe, adalah salah satu jenis panganan yang hampir setiap orang mengetahuinya, panganan yang dikembangkan dengan proses permentasi kacang kedelai ini, menjadi salah satu jenis panganan murah yang memiliki kandungan protein tinggi yang sesuai dengan ke-khasan kuliner masyarakat indonesia pada umumnya.
Disebagian daerah bahkan panganan jenis ini menjadi menu yang hampir setiap hari tersedia dalam porsi makan, seperti daerah indramayu dan cirebon dan juga daerah pesisir lainnya.
Walaupun belum ada prosentase pasti tentang berapa persen angka orang yang suka dengan jenis makanan ini, tapi hampir dipastikan bahwa angkanya lebih dari 95%, mengingat hampir setiap orang menyukainya.
Namum walaupun dengan konsumen yang sudah menjadi satu captive market, produsen tempe bukannya semakin tumbuh justru yang terjadi adalah semakin berkurang.
Tentu hal ini menjadi fenomena untuk dipelajari, dan diketahui apakah usaha yang selama ini berlangsung dalam pembuatan tempe merupakan usaha layak dan menguntungakn, atau malah sebaliknya menjadisatu usaha yang merugikan sehingga menjadi penyebab menurunnya junlah pengusaha yang memproduksi tempe tersebut.
Selama ini, pengusah tempe merupakan pengusaha turunan dari warisan keluarganya yang terdahulu, jikapun ada pengusaha yang baru, mereka adalah karyawan dari pengusaha tempe dan keluar lalu memproduksi tempe sendiri.
Pak yayan adalah salah satu dari tipikal karyawan dari pengusaha tempe dan keluar lalu mendirikan usahanya sendiri. Dari sejak tahun 1995 usahanya terus bertahan hingga sekarang.
1.2 Tujuan Analisa
Analisa ini dilakukan utamanya adalah untukmengetahui apakah usaha ini (tempe pak yayan) merupakan usaha yang layak atau tidak, dengan menganalisis faktor biaya produksi dan hasil penjualan, hingga didapat kesimpulan untung rugi.
1.3 Waktu Dan Lokasi
Kegiatan analisa ini dilakukan hanya pada dua tempat, yaitu tempat produksi yang juga menyatu dengan kediaman pak yayan beserta keluarga. Adapun waktu dilakukan terhitung sejak 21 Mei hingga 7 Juni 2011.
BAB II
ASPEK MANAJEMEN
2.1 Sejarah Dan Gambaran Umum Perusahaan
Awalnya pak yayan adalah karyawan disalah satu pengusaha pembuat tempe, beliau setiap hari bekerja sebagai pencetak tempe dan yang mengontrol peragian pada proses pembuatan tempe tersebut.
Karena setiap hari bergelut dengan kegiatan tersebut beliau sangat hafal dan memahami detail dari proses pembuatan tempe tersebut dari awal hingga menjadi tempe yang siap jual.
Pada tahun 1993 beliau dipercaya majikan untuk menjual tempe dari tempat ia bekerja, dalam tahap ini Pak Yayan kurang lebih berlaku sebagai grosir dan biasa menjual tempe yang ia pasok dari majikannya di pasar lama tsikmalaya.
Ketika pada akhir tahun 94 pasar lama kebakaran dan pedagang pindah ke pasar cikurubuk, pak yayan memutuskan berhenti “menjualkan” tempe orang lain dan mencoba kemampuannya untuk membuat tempe sendiri, karena memang sudah terbiasa dalam hal pemnuatan tempe, maka tempe yang ia produksipun kualitasnya persis seperti tempe yang ia jual dulu.
Mula-mula ia hanya menjual hasil produksinya disekitar tempat ia tinggal dan komplek perumahan yang tak jauh dari tempat tinggalnya, lalu ia meningkatkan jumlah produksinya dan menjualnya di pasar cikurubuk.
Dengan semakin luas jangkauan konsumen yang ia dapat, maka jumlah produksinyapun ia tingkatkan dan hingga saat ini ia beserta istrinya telah memiliki empat orang karyawan yang ikut membantu proses pembuatan tempe dan juga terlibat dalam penjualan tempe tersebut. Jangkauan pasarnya kini terdiri dari pasar cikurubuk, mitra batik, komplek perumahan dan memasok pedagang-pedagang sayur disekitar tasik kota.
2.3 Struktur Normatif Usaha
Usaha ini memang masih berskala rumahan atau biasa dikenal dengan istilah home industri, adapun struktur normatif perusahaan tempe pak yayan adalah sebagai berikut:
Dari struktur normatif tersebut, pemilik bertindak pengendali dari segala aktivitas dari mulai perencanaan belanja yang berkaitan dengan administrasi perbelanjaan, juga yang mengendalikan juga menginfeksi kegiatan produksi serta penjualan.
Sebagaimana yang terjadi pada struktural home industri lainnya, struktur manajemen dalam usaha ini sangat sederhana dan hampir semua hal berpaku pada apa yang menjadi keputusan pemilik.
Hanya pada bagian penjualan, karyawan lebih bebas dengan kreativitas penjualan yang ia miliki, dalam tugasnya ia lebih berperan sebagai seorang yang menerima pasokan produk untuk ia jual dengan cara dan kemampuannya dalam hal penjualan barang.
BAB III
KEBUTUHAN BIAYA
3.1 Perhitungan Biaya Produksi
Dalam sub bab ini dikemukakan biaya produksi yang dikeluarkan untuk belanja dan membayar karyawan, berbeda dengan usaha lain yang memiliki jadwal belanja bulanan dan bahan baku produksi yang disimpan digudang, pada produksi tempe ini hampir setiap bahan merupakan hasil belanja harian. Atau paling lambat belanja dilakukan tiga hari sekali.
Dan berikut adalah biaya yang dikeluarkan untuk produksi, dengan tingkat besaran bahan baku yang digunakan per hari adalah 68kg bahan baku kedelai:
Bahan baku:
- kacang kedelai 68kg @ Rp 6.500,- = Rp.442.000,-
- ragi tempe 3 bungks @ Rp. 10.000 = Rp. 30.000,-
Sub total Rp. 472.000
Bahan tambahan:
- 1/4 kg plastik = Rp. 7.500,-
- Obat nyamuk bakar (alat bantu rekat) = Rp. 1.500,-
- 3 ikat Daun pisang @1200 = Rp. 3.600,-
- Gas 16000/3 (gas diisi ulang tiap 3 hari) = Rp. 5.400
Sub total Rp. 18.000,-
Gajih karyawan
- Ongkos harian 4 orang x @Rp. 20.000,- = Rp. 80.000,-
- Uang rokok 4x Rp.5000 = Rp. 20.000,-
Sub total = Rp. 100.000
Transportasi = Rp. 40.000,-
Maka jumlah total biaya produksi harian adalah sebesar:
Bahan baku = Rp. 472.000,-
Bahan tambahan = Rp. 18.000,-
Gaji karyawan = Rp. 100.000
Trasnportasi = Rp. 40.000
Total biaya produksi = Rp. 662.000
Dengan hari libur satu hari dalam seminggu dan rata-rata 30 hari dalam sebulan, maka hari efektip produksi menjadi 26 hari, dan hari jum’at adalah hari dimana kegiatan produksi diliburkan.
Total biaya produksi dalam satu bulan menjadi:
26 (hari) x Rp. 622.000,- = Rp.16.172.000
Jumlah total biaya produksi bulanan adalah Rp.16.172.000
3.3 Hasil Produksi Dan Harga Jual
Dalam produksi ini (tempe Pak Yayan), dengan menggunakan bahan baku kacang kedelai sebanyak 68kg bisa menghasilakan sebanyak 820 bungkus (yang biasa terjual habis) dengan rincian:
- Bungkus besar = 252 bungkus
- Bungkus kecil = 568 bungkus
Dengan harga jual bungkus kecil Rp. 1000 dan bungkus besar Rp.1500 (pedagang pasar biasa memotongnya kembali dalam bentuk yang lebih kecil, dengan tujuan margin menjadi lebih tinggi).
Dengan harga tersebut maka nilai penjualan akan menjadi :
Bungkus besar = 252 x 1500 = Rp. 378.000,-
Bungkus kecil = 568 x 1000 = Rp. 568.000,-
Total penjualan Rp.946.000,-
Perhitungan total penjualan bulanan menjadi :
26 (hari) x Rp.946.000 =Rp.24.596.000,-
Jadi penjualan total dalam satu bulan adalah Rp.24.596.000,-
Barang dihitung habis karena memang pada kenyataanya produk yang terbungkus slalu terjual habis, jikapun tersisa tidak mencapai 5% dan jika ada sisa dari jumlah tersebut tempe akan diolah menjadi bahan pembuat ragi tempe dan akan menjadikan pembelian ragi tempe tertutupi. Maka siklus barang habis adalah perhitungan misti.
3.3 Perhitungan Laba Rugi
perhitungan laba rugi ini didapat dari selisih harga jual dan biaya produksi, baik harian ataupun bulanan. Dengan demikian selisih tersebut menjadi dua bagian, yakni perhitungan laba rugi harian dan perhitungan laba rugi bulanan sebagaimana berikut:
|
a. Perhitungan laba/rugi harian
Rp.946.000 – Rp.662.000 = Rp.284.000,-
Maka keuntungan bersih yang diperoleh setiap hari adalah sebesar Rp.284000,-
b. Perhitungan laba/rugi bulanan
Rp.24.596.000,- – Rp.16.172.000,- = Rp.8.424.000,-
Dengan demikian keuntungan bulanan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 8.424.000,-
Dari perhitungan diatas jelas menunjukan bahwa usaha pembuatan tempe yang dijalani oleh pak yayan terbukti menguntungkan
BAB IV
ANALISA PASAR
4.1 Keadaan Pasar
Tasikmalaya, semenjak pengembangan/ pemekaran daerah terjadi, tsik menjadi dua wilayah pemerintahan yang otonom dengan kota tasik sebagai kota madya dan kabupaten tasikmalaya yang kini telah memiliki kantor pemda sendiri.
Dengan pemekaran tersebut tentu saja ada pengembangan kemajuan dalam hal pembangunan, pekembangan pasarpun terjadi, minimarket atau sualayan sekalipun tumbuh semakin banyak jumlahnya, keadaan pasar tradisional memang mengalami penurunan pengunjung walau ada pasar-pasar tertentu yang tetap memiliki pengunjung yang cukup tinggi.
Konsumen yang dulu datang dari semua kalangan berbelanja ke pasar-pasar tradisional kini mulai tampak perbedaannya rata-rata pengunjung yang datang kepasar tradisional hanya dari kalangan menengah kebawah dengan intensitas penurunan yang tinggi untuk masyarakat kelas atas, hal ini dapat dilihat dari kendaraan yang mereka bawa sebagai salah satu indikasi dari strata mana masyarakat yang datang ke pasar tradisional.
Walaupun demikian pangsa pasar/ konsumen tempe, secara gasris besar tidak mengalami penurunan bahkan cenderung naik karena munculnya gagasan pentingnya menjadi vegetarian untuk kesehatan, hal ini menjadikan orang untuk berpindah mengkonsumsi tempe karena kandungan gizi dan proteinnya yang tinggi.
Dengan kata lain keadaan pasar tasikmalaya untuk pemasaran produk seperti tempe masih memiliki peluang yang sangat besar dengan tingkat konsumen yang tinggi.
4.2 Analisa SWOT
analisa ini digunakan untuk melihat kecenderungan dari kekuatan suatu usaha dalam menguasai market dan survive dalam melangsungkan produksi serta mempertahankan eksistensi market yang ia bangun, tak terkecuali dalam pemasaran tempe.
Berikut adalah tabel anallisa SWOT (strength, weakness ,oportunity,threatmen) untuk pemasaran usaha tempe milik pak yayan:
sterength | weakness |
- Kemampuan produksi yang mumpuni. - Hampir tidak bergantung pada usaha/produksi lain terkecuali bahan baku - Kemurnian kepemilikan usaha, sehingga hampir dikatakan tidak ada konflik dalam hal manjemen - Usaha berjalan tanpa harus bergantung pada pinjaman modal - Walau dengan pekerja yang sangat minim, tapi memiliki loyalitas yang sangat baiik - Tanggung jawab dan rasa memiliki akan usaha yang mereka jalankah sangat tinggi pada karyawan | - Keterbatasan bahan baku yang kadang terjadi, karena pengusaha tahu lebih membutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak - Manajemen usaha yang lebih menonjolkan manajemen keluarga kadang membuat pengeluaran tak terduga muncul deangn nilai yang lebih besar - Hanya mengandalkan pedangan yang ada di pasar-pasar tradisional atau pedagang sayur yang fluktuatif dari sisi permintaan pasokan. - Tidak adanya inovasi dalam proses produksi |
Oportunity | threatment |
- Pangsa Pasar yang luas karena semua kalangan masyarakat bisa dikatagorikan sebagai konsumen - Eksistensi pasar yang kontinyu menyebabkan konsumen cenderung jadi pelanggan - Isu vegetarian turut menyumbangkan promosi yang tidak secara langsung berpengaruh pada kenaikan jumlah konsumen - Perkembangan lingkungan juga menumbuhkan warung-warung nasi yang bisa dijadikan target pasar - Tanpa harus melakukan promosi orang bisa mengenal produk dan sangat jarang melakukan perbandingan dengan produk sejenis dari pengusaha lain - Secara luas tempe dikenal sebagai produk yang sehat dan baik, sehingga membuat produk bisa dipasarkan dimana saja | - Ketergantungan bahan baku pada produk import, kadang menjadi kendala - Human eror pada proses produksi bisa menyebabkan kegagalan permentasi tempe dan berakibat pada tertputusnya siklus modal seperti yang biasa terjadi pada usah kecil |
Berdasar pada tabel analisa SWOT tadi maka produksi tempe in memiliki kecenderungan kelangsungan usaha yang besar, denga kesempatan produksi dan penjualan yang juga bagus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari analisa yang telah di bahas pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Usaha pembuatan tempe pak yayan adalah usaha yang menguntungkan
b. Faktor yang menjadi kendala lebih berada pada bahan baku yang memiliki ketergantungan terhadap produk import
c. Usaha pak yayan ini tergolong kedalam usaha yang layak, dalam artian merupakan usaha yang sehat secara produksi dan nilai jual.
6.1 Saran
Saran dari analisa ini penyusun tujukan yang pertama untuk fihak pengusaha (keluarga pak Yayan) dalam hal:
a. Secara umum usaha yang dijalani pak Yayan belum tergolong tertib administrasi, hal yang perlu dilakukan diawal adalah catatan belanja dan penjualan yang harus ada, minimal sebagai acuan produksi lanjutan
b. Standar operasi harus tertera jelas, bukan hanya manajemen intruksi yang langsung.
c. Cobalah untuk menngembangkan usaha dengan peningkatan produksi untuk meningkatkan margin dan membuka peluang kerja yang lebih banyak
d. Kebutuhan gudang adalah hal misti yang harus dipenuhi untuk menyimpan bahan baku supaya produksi tetap berjalan tanpa terganggu stok bahan baku.
Saran untuk kawan-kawan yang juga melakukan analisa usaha pada usaha kecil menengah/home industri:
a. Lembar cheksheet atau tabel yang diperlukan hendakanya dipersiapkan diawal
b. Data yang akan diambil hendaknya sudah tersurat dalam pertanyaan yang simpel dan mudah difahami
c. Diskusi dengan kelompok mahasiswa yang lain sangat diperlukan untuk mempermudah penyelesaian tugas
d. Mintalah selalu bimbingan dari dosen yang bersangkutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar